Menelaah ucapan “Minal Aidin wal Faidzin”

Frasa yang akan banyak diucapkan orang di hari berbuka (baca: ‘iedul fitri) adalah “Minal Aidin Wal Faizin”. Seringkali frasa berbahasa Arab ini diikuti dengan frasa berbahasa Indonesia: maaf lahir dan batin. Orang mengucapkan dua frasa ini biasanya sambil menyorongkan tangan untuk bersalaman. SMS pun akan banyak mengutip frasa ini. Bahkan iklan di media cetak dan televisi juga menampilkan rangkaian kata ini. Seringkali pula tulisan berhuruf latin ini dibikin sedemikian rupa sehingga menyerupai kaligrafi huruf Arab.

Tahukah kita apa arti Minal ‘Aa`idin Wal Faizin?

Terjemahan frasa ini adalah: dari orang yang kembali dan orang-orang yang menang. Mungkin maksud lengkapnya adalah:”Semoga Anda termasuk orang-orang yang kembali (ke jalan Tuhan) dan termasuk orang yang menang (melawan hawa nafsu).” ternyata adalah kesalahan besar JIKA kita mengartikan Minal Aidin Wal Faizin dengan “mohon maaf lahir dan batin”.

[dinukil dari: http://jalansutera.com%5D

Ucapan pada hari ‘ied diantara para shahabat

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ditanya tentang ucapan selamat pada hari raya maka beliau menjawab [Majmu Al-Fatawa 24/253] :

“Ucapan pada hari raya, di mana sebagian orang mengatakan kepada yang lain jika bertemu setelah shalat Ied :

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكم

Taqabbalallahu minnaa wa minkum

“Artinya : Semoga Allah menerima dari kami dan dari kalian”

Dan (Ahaalallahu ‘alaika), dan sejenisnya, ini telah diriwayatkan dari sekelompok sahabat bahwa mereka mengerjakannya. Dan para imam memberi rukhshah untuk melakukannya seperti Imam Ahmad dan selainnya.

Akan tetapi Imam Ahmad berkata :

“Aku tidak pernah memulai mengucapkan selamat kepada seorangpun, namun bila ada orang yang mendahuluiku mengucapkannya maka aku menjawabnya. Yang demikian itu karena menjawab ucapan selamat bukanlah sunnah yang diperintahkan dan tidak pula dilarang. Barangsiapa mengerjakannya maka baginya ada contoh dan siapa yang meninggalkannya baginya juga ada contoh, wallahu a’lam.”

[Lihat Al Jauharun Naqi 3/320. Berkata Suyuthi dalam ‘Al-Hawi: (1/81) : Isnadnya hasan]

Berkata Al Haafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari [2/446] :

“Dalam “Al Mahamiliyat” dengan isnad yang hasan dari Jubair bin Nufair, ia berkata :

“Artinya : Para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bila bertemu pada hari raya, maka berkata sebagian mereka kepada yang lainnya : Taqabbalallahu minnaa wa minka (Semoga Allah menerima dari (amalan) kami dan darimu)”.

Ibnu Qudamah dalam “Al-Mughni” (2/259) menyebutkan bahwa Muhammad bin Ziyad berkata : “Aku pernah bersama Abu Umamah Al Bahili dan selainnya dari kalangan sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka bila kembali dari shalat Id berkata sebagiannya kepada sebagian yang lain : Taqabbalallahu minnaa wa minka”

Imam Ahmad menyatakan : “Isnad hadits Abu Umamah jayyid (bagus)”

[Disalin dari buku Ahkaamu Al Iidaini Fii Al Sunnah Al Muthahharah, edisi Indonesia Hari Raya Bersama Rasulullah, oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari, terbitan Pustaka Al-Haura’, penerjemah Ummu Ishaq Zulfa Husein, sumber: http://www.almanhaj.or.id/content/1177/slash/0%5D

Apa lantas ucapan selain ‘taqabbalaLLaahu minna wa minkum’ menjadi terlarang?

Jawabnya TIDAK. BOLEH mengucap ucapan apapun (selama tidak mengandung dosa), karena tidak ada batasan tertentu yang ditetapkan oleh syari’at akan hal ini.

Simaklah fatwa Syaikh ibnul ‘Utsaimiin berikut:

التهنئة بالعيد جائزة ، وليس لها تهنئة مخصوصة ، بل ما اعتاده، الناس فهو جائز ما لم يكن إثماً

“Mengucapkan selamat hari raya adalah boleh, dan tidak ada ucapan dengan lafal tertentu, bahkan ucapan yang merupakan kebiasaan/tradisi masyarakat adalah boleh selama tidak mengandung (makna) dosa” (Majmuu’ Fataawaa Syaikh Al-‘Utsaimin 16/129)

Beliau juga berkata :

التهنئة بالعيد قد وقعت من بعض الصحابة رضي الله عنهم ، وعلى فرض أنها لم تقع فإنها الآن من الأمور العادية التي اعتادها الناس ، يهنىء بعضهم بعضاً ببلوغ العيد واستكمال الصوم والقيام

“Mengucapkan selamat hari raya dilakukan oleh sebagian sahabat radhiyallahu ‘anhum. Seandainyapun tidak dilakukan oleh para sahabat maka hal itu sekarang sudah merupakan perkara tradisi masyarakat, mereka saling memberi ucapan selamat dengan tibanya hari raya dan sempurnanya puasa dan sholat malam”

(Majmuu’ Fataawaa Syaikh Al-‘Utsaimin 16/128; kutip dari Ust. Firanda)

Semoga bermanfaat

9 Komentar

Filed under Adab, Umum

9 responses to “Menelaah ucapan “Minal Aidin wal Faidzin”

  1. memang dmikian pndpt beliau asy-syaikh salim dan ali hasan.
    namun jgn sampai hal ini jd perpecahan di antara qt, syaikh utsaimin mngatakan tdk ada ucapan khusus pd hari raya, jd bila dlm suatu daerah itu ada ucapan spt selamat hari raya, atau selamat lebaran itu diperbolehkan, dan mengikuti adat yg tdk mnyelisihi syariat itu diperbolehkan dan bhkn pd bbrapa kondisi hal itu menjadi yg utama

  2. Ping-balik: ‘Idul Fithriy « Learn something by Tomy gnt

  3. Ping-balik: Ucapan Selamat Pada Hari Ied & Menelaah ucapan “Minal Aidin wal Faidzin” « Aa ikhwan's Weblog

  4. Ping-balik: Menelaah ucapan “Minal Aidin wal Faidzin”

  5. exo

    trus kenapa gak disosialisasikan lewat kotbah2 jum’at, media, atau kotbah ied??

    • Bukankah dengan dipostingkannya artikel diatas adalah bagian dari “sosialisasi” di media (internet)?

      Silahkan dipencet “share” facebook, twitter dan lain-lain, untuk di-sosialisasikan kembali; agar lebih luas tersebar, dan agar orang-0rang tahu..

      Silahkan pula di-copas.. Dan di re-publish.. Agar kita dapat memberi tahu mereka yang belum tahu..

      Ini adalah usaha kita dalam mensosialisasikan ttg hal ini..

      Adapun ceramah, khutbah jum’at, atau ‘ied ini adalah urusannya ahli ilmu (ustadz/ulamaa)… Maka kita hanya berusaha mensosialisasikan sesuai pada kapasitas kita dan kemampuan kita saja..

  6. Aku ingin sekali buku “Bahasa!” terbitan TEMPO itu. dulu aku pernah baca, tapi belum selesai. Kira2 masih ada gak ya? Dan dimana aku bisa mendapatkannya?

    thx

  7. Ping-balik: Arti Minal Aidin wal Faizin dan Ucapan yang Disyariatkan pada Idul Fitri | Starboard

  8. Ping-balik: Menelaah ucapan “Minal Aidin wal Faidzin” | muhsinbudiono

Tinggalkan komentar